Stacey Snider, CEO Twentieth Century Fox Film yang Sukses
A
A
A
STACEY Snider dikenal sebagai seorang eksekutif industri film yang sukses. Perempuan yang kini menjabat sebagai CEO dari Twentieth Century Fox Film ini telah puluhan tahun malang-melintang di berbagai rumah produksi ternama.
Perempuan yang akrab disapa Stacey ini lahir pada 29 April 1961, di Philadelphia, Amerika Serikat. Meski kini dikenal sebagai eksekutif film yang sukses, Stacey bukanlah penggemar film saat masih kecil. Dia jauh lebih tertarik membaca buku. “Saya selalu menyukai buku, dan itulah pelarian saya.
Saya sangat menyukai buku dongeng,” ujar Stacey, seperti dilansir Variety.com. Sejak kecil, Stacey selalu bermimpi menjadi editor yang berpengaruh atau membimbing beberapa penulis terkenal.
Namun, setelah lulus dari Universitas California, Los Angeles, pada tahun 1985, ia mendapatkan pekerjaan pertamanya di ruang surat di agensi pencari bakat Triad Artists. “Saya menjadi sekretaris untuk Don Simpson dan Jerry Bruckheimer, produsen rumah produksi Beverly Hills Cop & Top Gun,” ujar Stacey.
Setahun kemudian dia bekerja untuk Gruber-Peters Entertainment, sebuah perusahaan produksi. Di tempat ini Stacey bekerja untuk membantu Peter Gruber mengurus properti film. Pada tahun 1989 Peter Gruber mendapat posisi pemimpin di Sony Columbia Pictures, dan Stacey ikut bersama Gruber.
“Dianggap sebagai anak didik Gruber, saya bekerja keras untuk menjadi presiden produksi di Sony’s TriStar Pictures,” ujar Stacey. Di TriStar, Stacey bekerja dengan ketua TriStar, Marc Platt, mengawasi banyak film sukses, seperti Jerry Maguire, Sleepless in Seattle, Philadelphia , dan My Best Friend’s Wedding.
Pada 1996 Platt keluar dari TriStar pada tahun 1996 dan memilih menjadi presiden produksi di Universal. Stacey mengikuti Platt, bergabung dengan Universal sebagai wakil pimpinan produksi.
Stacey dengan cepat pindah dari posisi presiden produksi, co chairman, dan kemudian menjadi ketua tunggal pada tahun 1999. Universal adalah rumah produksi “panas” yang sangat sukses selama masa jabatan Stacey.
Dalam dua tahun pertamanya sebagai ketua, sembilan film Universal meraup keuntungan lebih dari USD100 juta (Rp 1,4 triliun). Kesuksesan Universal di bawah kepemimpinan Stacey tak lepas dari kinerja rekan kerjanya, yakni Ron Meyer, yang menjabat sebagai presiden studio.
Meyer yang dikenal sebagai seorang veteran industri film, membawa pengalamannya dan banyak kontak industri hiburan ke kemitraan. Sementara Stacey menyumbangkan naluri kreatif dan kemampuan untuk memilih film yang sukses.
“Bersama-sama, tujuan kami adalah untuk menghasilkan film-film berkualitas dan menyenangkan yang tidak menggurui penonton, seperti Erin Brockovich, The Fast and the Furious, the Mummy movies, A Beautiful Mind, dan American Pie,” sebut Stacey.
Dari 1999 hingga 2006, Stacey menjabat sebagai ketua dan chief executive officer di Universal Pictures. Dari 2006 hingga 2014, ibu dua anak ini menjabat sebagai co-chairman /CEO rumah produksi DreamWorks.
Pada 16 Juni 2016 diumumkan bahwa Stacey menjabat co-chairman Twentieth Century Fox Film. Tak butuh waktu lama, pada 30 Juni 2017 Stacey berhasil menggantikan Jim Gianopulos sebagai ketua dan CEO dari Twentieth Century Fox Film.
Meski sukses memimpin berbagai rumah produksi selama puluhan tahun, Stacey mengalami tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir ini. Menurut dia, selama beberapa tahun belakangan karena pengaruh dunia digital, keuntungan film mencapai level terendah.
Stacey menuturkan penonton muda saat ini lebih tertarik untuk menonton film melalui Netflix, Amazon, dan platform streaming lainnya. Untuk menyiasati hal ini, Stacey membeli teknologi perfilman terbaru untuk mendapatkan efek-efek khusus. “Efek film dari teknologi terbaru ini hanya bisa dinikmati para penonton saat duduk di kursi bioskop,” sebut Stacey.
Perempuan yang akrab disapa Stacey ini lahir pada 29 April 1961, di Philadelphia, Amerika Serikat. Meski kini dikenal sebagai eksekutif film yang sukses, Stacey bukanlah penggemar film saat masih kecil. Dia jauh lebih tertarik membaca buku. “Saya selalu menyukai buku, dan itulah pelarian saya.
Saya sangat menyukai buku dongeng,” ujar Stacey, seperti dilansir Variety.com. Sejak kecil, Stacey selalu bermimpi menjadi editor yang berpengaruh atau membimbing beberapa penulis terkenal.
Namun, setelah lulus dari Universitas California, Los Angeles, pada tahun 1985, ia mendapatkan pekerjaan pertamanya di ruang surat di agensi pencari bakat Triad Artists. “Saya menjadi sekretaris untuk Don Simpson dan Jerry Bruckheimer, produsen rumah produksi Beverly Hills Cop & Top Gun,” ujar Stacey.
Setahun kemudian dia bekerja untuk Gruber-Peters Entertainment, sebuah perusahaan produksi. Di tempat ini Stacey bekerja untuk membantu Peter Gruber mengurus properti film. Pada tahun 1989 Peter Gruber mendapat posisi pemimpin di Sony Columbia Pictures, dan Stacey ikut bersama Gruber.
“Dianggap sebagai anak didik Gruber, saya bekerja keras untuk menjadi presiden produksi di Sony’s TriStar Pictures,” ujar Stacey. Di TriStar, Stacey bekerja dengan ketua TriStar, Marc Platt, mengawasi banyak film sukses, seperti Jerry Maguire, Sleepless in Seattle, Philadelphia , dan My Best Friend’s Wedding.
Pada 1996 Platt keluar dari TriStar pada tahun 1996 dan memilih menjadi presiden produksi di Universal. Stacey mengikuti Platt, bergabung dengan Universal sebagai wakil pimpinan produksi.
Stacey dengan cepat pindah dari posisi presiden produksi, co chairman, dan kemudian menjadi ketua tunggal pada tahun 1999. Universal adalah rumah produksi “panas” yang sangat sukses selama masa jabatan Stacey.
Dalam dua tahun pertamanya sebagai ketua, sembilan film Universal meraup keuntungan lebih dari USD100 juta (Rp 1,4 triliun). Kesuksesan Universal di bawah kepemimpinan Stacey tak lepas dari kinerja rekan kerjanya, yakni Ron Meyer, yang menjabat sebagai presiden studio.
Meyer yang dikenal sebagai seorang veteran industri film, membawa pengalamannya dan banyak kontak industri hiburan ke kemitraan. Sementara Stacey menyumbangkan naluri kreatif dan kemampuan untuk memilih film yang sukses.
“Bersama-sama, tujuan kami adalah untuk menghasilkan film-film berkualitas dan menyenangkan yang tidak menggurui penonton, seperti Erin Brockovich, The Fast and the Furious, the Mummy movies, A Beautiful Mind, dan American Pie,” sebut Stacey.
Dari 1999 hingga 2006, Stacey menjabat sebagai ketua dan chief executive officer di Universal Pictures. Dari 2006 hingga 2014, ibu dua anak ini menjabat sebagai co-chairman /CEO rumah produksi DreamWorks.
Pada 16 Juni 2016 diumumkan bahwa Stacey menjabat co-chairman Twentieth Century Fox Film. Tak butuh waktu lama, pada 30 Juni 2017 Stacey berhasil menggantikan Jim Gianopulos sebagai ketua dan CEO dari Twentieth Century Fox Film.
Meski sukses memimpin berbagai rumah produksi selama puluhan tahun, Stacey mengalami tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir ini. Menurut dia, selama beberapa tahun belakangan karena pengaruh dunia digital, keuntungan film mencapai level terendah.
Stacey menuturkan penonton muda saat ini lebih tertarik untuk menonton film melalui Netflix, Amazon, dan platform streaming lainnya. Untuk menyiasati hal ini, Stacey membeli teknologi perfilman terbaru untuk mendapatkan efek-efek khusus. “Efek film dari teknologi terbaru ini hanya bisa dinikmati para penonton saat duduk di kursi bioskop,” sebut Stacey.
(don)